Jeruk Makan Jeruk, Sahabatku Menikahi Wanita yang Kucintai

Sebut saja namaku Lana, aku asli Bogor, namun aku dibesarkan di dua kota besar sejak lulus Sekolah Dasar (SD) dan menamatkan studi di sebuah Universitas Negeri di Ibukota Jakarta.

Sahabatku menikahi wanita yang kucintai

Sahabatku menikahi wanita yang kucintai

Cerita ini mungkin sudah banyak yang telah mengalaminya, sebagaimana anak muda pada umumnya.

Ya, patah hati dengan orang yang dicintai dan dikhianati sahabat sendiri memang menjadi kenangan tersendiri bahkan mengerikan dalam perjalanan hidup.

Sekadar ingin menumpahkan perasaan gelisah, aku menuliskan cerita ini dengan hati yang cukup tercacah.

Fitri (nama samaran) menurutku bukanlah gadis yang cantik. Hanya saja, dia terlihat sedikit lebih menarik dibandingkan wanita lainnya. Ya, dia adalah gadis pujaan banyak pemuda di rumahku.

Rumahku dan rumahnya yang hanya berjarak beberapa rumah, membuat kami selalu bertemu dan bersama. Awalnya tidak ada perasaan sama sekali kepadanya, namun lambat laun, perasaan peduli itu muncul yang menjadi bibit awal hubungan kami, aku benar-benar menginginkannya.

Namun, keinginanku untuk memilikinya tak semudah membalikkan telapak tangan. Dirinya yang telah memiliki kekasih menjadi kerikil tersendiri di dalam perjuangan hidupku.

Baca juga cerita menarik lainnya:

Pucuk dicinta ulam pun tiba, kami semakin dekat usai dirinya putus dengan kekasihnya. Keakraban kami lebih dari sekedar teman. Namun, terkadang aku juga mempertanyakan, kami sadar, kadang kami adalah sahabat, kadang lebih dari sekadar teman, bahkan kadang kami merasa, kami bukanlah siapa-siapa.

Waktu terus berlalu, tanpa terasa dan kami sadari, kebersamaan ini sudah menjadi buah bibir para tetangga. Terlebih, setiap acara keluarganya, aku selalu diajak untuk ikut, dengan senang hati aku selalu mengiyakannya.

Baca juga:  Masa Lalu Suami Menyiksaku

Perkenalan Itu

Namun, petaka datang ketika tahun 2011 tiba. Ketika itu, aku yang memprakarsai sebuah acara di lingkungan rumah dengan mengundang beberapa teman sekolah dulu waktu aku menuntaskan studi. Ya, tanpa aku sadari kegiatan menjadi biang rusaknya hubunganku dengan Fitri.

Beberapa hari setelah acara tersebut usai, aku ingin memastikan soal hubunganku dengan Fitri yang entah tanpa tujuan. Aku menyatakan cinta kepadanya. “Fit, aku bingung, sebenarnya kita ini siapa dan tujuannya apa? Aku mau ada kepastian, kalau memang untuk serius, mari kita jalani,” ungkapku kepadanya.

Akan tetapi, seperti menelan air keras ketika kehausan, aku harus menerima jawaban yang tentu bukan harapanku. “Aku menganggap kita sebagai ade dan kaka saja dan tidak lebih,” jawabnya singkat.

Ya, sangat singkat, namun memiliki efek berantai terhadapku yang tidak menginginkan jawaban seperti itu.

Lalu aku bertanya kepada diriku sendiri, “Lalu apa arti kebersamaan ini?” gerutuku di dalam hati, namun aku sadar aku tak bisa memaksakan kehendak.

Lama aku terjeruji di ruang hampa tanpa tujuan, tanpa ikatan, tanpa arah dan tanpa harapan yang sesuai dengan keinginan. Hatiku hancur tak berbentuk.

Merasa janggal dengan semuanya, perlakuannya yang sudah kuanggap sebagai ’lampu hijau’ ke arah yang lebih serius namun bertolak belakang.

Aku tak tinggal diam begitu saja, rasa ingin tahu membuatku mencari tau sebab dirinya menolakku. Tidak disangka dan dinyana, akhirnya aku tahu siapa ’dalang’ di balik ini semua.

Jeruk Makan Jeruk

Ternyata seorang sahabat yang sudah aku anggap saudara sendiri. Ya, sebut saja Ma’mur (nama samaran), teman seperjuangan, sahabat yang selama enam tahun hidup bersama satu pendidikan di pesantren.

Baca juga:  Terjerat Cinta Terlarang

Ya, laki-laki yang mematahkan asaku adalah kawan yang aku kenalkan padanya pada 2011 lalu. Jeruk makan jeruk.

Kedekatan aku dan Ma’mur sudah tidak bisa diragukan lagi. Bahkan aku dan keluarganya sangatlah dekat, begitu juga dengan dia dan keluargaku, begitu dekat. Jangankan makan, bermain, berjuang, belajar bersama, tidur, curhat sering kami bersama.

Hingga pada 2011 lalu, ketika aku memperkenalkannya dengan Fitri, dirinya tinggal di rumah selama hampir satu bulan selama bulan puasa.

Makan, sahur, berbuka puasa, ke ladang untuk panen memetik buah. Namun semua kekuatan emosional itu harus luntur karena seorang wanita.

Sakit hati ketika Fitri bilang. “Maafin Fitri, tanpa sepengetahuan kaka, selama ini Fitri dekat dengan ka Ma’mur,” ucapnya lewat sebait SMS kepadaku saat itu.

Menggelegar perasaanku seketika, entah harus berbuat apa, walau pahit tapi itulah kenyataannya. Dia berhak untuk memilih dan aku yang telah ’terkelabui harapan’ hanya bisa pasrah dengan perasaan luluh lantah.

Cukup lama mereka berpacaran, hingga satu tahun lebih. Tepat pada perayaan 17 Agustusan yang aku prakarsai tahun lalu. Keluarga kawanku datang untuk melamar Fitri, mereka datang dengan perencanaan serta penentuan hari pernikahan.

Aku yang menjadi peserta lomba panjat pinang saat itu berhasil memboyong sahabatku menuju kemenangan diujung tiang pinang untuk jadi pemenang.

Ya, sangat persis dengan kemenangan yang diraih kawanku itu yang berhasil mengambil hati Fitri seutuhnya. Inilah kenyataannya, Fitri bukanlah ’jodohku’, melainkan jodoh sahabat baikku. Haruskah persahabatan itu hilang?

Di luar semua dugaan, penentuan hari pernikahan cukup cepat. Hanya berselang satu bulan usai lamaran. Mulai dari hari itu, aku terus menghitung hari, selalu aku hitung mundur dan aku torehkan di status BBM-ku. Ya, hingga akhirnya hari berbahagia bagi mereka tiba, aku tetap berupaya tegar dan tetap ada.

Baca juga:  Aku Menyesal Menikah dengan Suamiku

Namun, hati tidak bisa dibohongi, aku merasa tidak akan sanggup melihat secara langsung akad pernikahan ’adik’ dan ’sahabat’ dekatku itu. Bukan karena aku pengecut, hanya karena aku takut terlalu kuat kenangan yang ditorehkan dalam hati.

Aku tidak bisa membedakan, apakah ini tangis haru atau cemburu. Kendati demikian, aku tetap datang ke pesta perkawinan mereka dengan hati yang pasti terluka.

Namun, dengan besar hati aku ucapkan kepadanya “Selamat Berbahagia Kawan, Inilah yang Terbaik”.

***
Punya pengalaman hidup untuk dishare ke pembaca ceritacurhat.com yang lain? Tulis dan kirim cerita Anda di sini!

Loading...

5 Comments

  1. jim April 2, 2015
  2. Fauzi Nurul Huda April 3, 2015
  3. deanita salsabila June 28, 2016
  4. hazelin August 17, 2016
  5. Aku_menunggu November 19, 2016

Leave a Reply