Maaf, Kupinjam Suamimu Sebentar

Dear pembaca, Ini kisah nyata yang kualami 4 tahun yang lalu, tepatnya Oktober 2010. Sebut saja namaku Dea, aku karyawan swasta yang tinggal di salah satu kota besar di Jawa tengah. Empat tahun yang lalu aku menjalin hubungan dengan suami orang.

Maaf, Kupinjam Suamimu Sebentar

Maaf, Kupinjam Suamimu Sebentar

Kisah ini berawal ketika aku mengikuti kerja musiman di kota Solo. Disitulah awal perkenalan kami, mas David namanya. Umurnya jauh diatasku ketika itu.

Harusnya aku mengenalnya sejak dulu karena tahun angkatan kerja kami sama, namun memang aku baru melihat dan mengenal sosoknya ketika kami ditempatkan pada satu bagian pengurusan pasport.

Satu bagian, dan satu satuan kerja, membuat intensitas pertemuan kami begitu intim. Dalam sehari kami bisa 18 jam bekerja. Kami sering bercanda, menghabiskan waktu untuk sekedar ngopi, nongkrong di balkon, dan bercerita ngalor ngidul yang lebih dominan tentang kehidupanku.

Kehidupan nyata yang amat sangat menyiksa. Sedikit flasback kehidupanku yang memang aku rasa seperti di penjara, aku memiliki seorang kekasih Satya namanya, telah 6 tahun kami menjalin hubungan, kami tinggal dikota yang sama, Satya yang terlalu over protective, yang teramat kasar, membuat aku sama sekali tidak berani memiliki teman, bahkan 1 gelintir teman pun aku tidak punya di kotaku.

Tersiksa

Setiap waktu aku selalu bersamanya, dari pagi membuka mata, aku sudah dijemputnya untuk kuliah, di jam perkuliahan, dia menungguku di depan kelas, sambil mendengarkan mp3, ketika kelas usai, aku langsung diajaknya untuk meninggalkan kampus, itu aku lalui selama masa perkuliahanku.

Begitulah singkat cerita hubungan kami, sudah berulang kali aku ceritakan ini kepada orang tuaku, namun mereka hanya bisa menegurnya secara halus dengan embel-embel balas budi. Karena memang Satya berpengaruh besar pada kehidupan ekonomiku.

Tak jarang badan ini biru-biru lebam akibat cantiknya tangannya, telinga ini yang terlalu lebar mendengar semua makian kebun binatangnya, begitu menyenangkannya hidupku ini.

Itu yang selalu kami bahas dalam perbincangan santai kami, sambil minum kopi. Awalnya aku hanya menganggap mas David sebagai kakak, karena nasehatnya super dahsyat, super meluluhkan tulang belulang, bak Mario Teguh dalam dongeng.

Lambat laun kami berjalan, perbincangan kami mulai benar-benar serius, sampai pada fase ada sepucuk surat di dalam dompetku, dengan mengernyitkan dahi, aku baca surat itu, ternyata… puisi mas David yang diperuntukkan untukku, dengan bahasa yang menggetarkan jiwa, masuk dalam sukma arum, intinya ia simpatik kepadaku, dan ia mulai merasakan cinta, jujur.. aku menitikkan air mata.

Jatuh Cinta Dengan Suami Orang

Beberapa menit setelah aku membaca surat itu, telepon berdering, mas David menelpon… dengan tegas dan lugas ia menjelaskan semua isi surat itu, membenarkan apa yang tertulis. Aku terdiam, aku tahu pasti kondisinya, aku tau pasti statusnya, ia Ayah dari seorang anak, ia suami dari seorang istri, tapi rasaku memang berkata lain, AKU JUGA MENCINTAINYA.

Baca juga:  Sedihnya, Ditinggal Menikah Karena Beda Agama

Sejak saat itu, ia selalu menyapaku lembut, ia memanggilku “dinda”, menenangkan seluruh keraguanku dalam hidup, kami menjadi semakin intim. Kami diam-diam sering pergi berdua di sela-sela jam kerja. Hal yang membuat aku tidak pernah bisa mengelak, perlakuannya kepadaku sungguh sempurna menurut takaranku, ia menuntunku memperkuat iman, memperbaiki ibadah, memberikan pelajaran bagaimana cara melipat baju, cara membuat kopi, dia benar-benar memperlakukan aku sebagai istri.

Setan apa yang membawa kami pada kenyamanan ini, kenyamanan yang sebenarnya TIDAK PERNAH BOLEH terjadi. Kenyamanan yang akhirnya menuntun kami kepada batas yang terlewatkan. Aku tidak pernah merasa iri bila mas David harus menjalankan kewajibannya sebagai suami, bahkan tak jarang aku yang membalas sms-sms istrinya, yang mungkin hanya sekedar menanyakan kabar, atau menyatakan rasa kangen (hebatnya saya).

Begitu juga sebaliknya, mas David juga sering membalas sms dari Satya, aku bisa saja karena memang posisiku yang kedua. Pernah aku sampaikan kepada mas untuk menjadikanku sebagai istri kedua dengan menikah siri, dengan lembut ia menjawabku, “Dinda nya mas, mas tau dinda ingin, mas pun juga ingin, tapi mas belum mampu adil dalam keluarga Dinda, mas tidak akan pernah bisa adil karena mas sangat mencintai dinda, dinda berhak dapat kebahagiaan nyata”, aku diam tanpa kata. Aku mengerti.

Hubungan ini kami jalani hingga hampir 3 bulan, hidup rasanya sangat indah meskipun itu dari suami orang lain, sangat sempurna tanpa ada keterbatasan sikap kata dan perbuatan. Kami lupa daratan, namun kami tetap menjalankan kewajiban kami pribadi termasuk tetap manjaga hubungan baik dengan pasangan.

Berpisah

Karena kerja kami kerja musiman, ada saat kami harus berakhir, kami harus kembali ke kehidupan kami masing- masing, ia kembali pada istri, dan aku kembali pada Satya. Malam ini, bisa jadi malam terakhir bagi kami, akhirnya kami memutuskan untuk menyewa hotel.

Sampai di hotel, mas menyuruhku bersih-bersih badan dan mandi sebab kami masuk hotel dalam keadaan basah kuyup diguyur hujan. Aku menurutinya dengan pamit, “mas, dinda mandi dulu”, tanpa menjawab, mas David menyusulku ke kamar mandi, dan bisa pembaca simpulkan sendiri apa yang terjadi selanjutnya.

Baca juga:  Jujur.. Aku Tak Bahagia Menikah Dengan Suamiku

Kami selesai mandi, tanpa aku minta, mas David menggendongku menuju ranjang, ia lantas menidurkanku dan meletakkan aku dibawah tubuhnya. Mata nya yang tajam, memandangku dalam.. tanpa aku sadari air mata mas David menetes di pipiku, sambil mengusap rambutku ia berkata,

“Dinda, mas sungguh tidak sanggup berkata-kata lagi, mas bingung harus bagaimana, mas salah dinda, mas harusnya tidak menyeret dinda pada lubang kemaksiatan ini, awalnya mas hanya ingin membantu dinda bangkit dari keterpurukan hidup, tapi hati mas tidak bisa berbohong, mas jatuh cinta pada keanggunan dinda, mas tidak mampu melihat dinda terluka, tapi mas memang benar-benar belom mampu adil untuk menjadikan dinda sebagai istri kedua, mas sayang dinda, dinda yang kuat, dinda harus lebih bahagia, dinda harus lebih tegar”.

Aku tak mampu mengelak, jangankan mengelak, untuk mengucap satu kata saja aku tak mampu, hanya air mata jawabannya. Ia mencium dahi, kedua mata dan pipiku, juga bibirku. Ia kembali lagi pada dahiku, membacakan doa yang aku sendiri kurang jelas apa, sebab aku masih benar-benar down.

Tak terasa entah bagaimana tadi kelanjutannya, aku ketiduran, dalam pelukan mas David, tanpa mengenakan pakaian hanya berselimutkan bedcover hotel. Jam 11 aku terbangun, iseng aku buka handphonenya, aku baca-baca sms nya, sms terakhir, dari istrinya,

“Mas, kapan pulang, Ika kangen, Kenzhi juga sudah menanyakan kapan bapaknya pulang”. Balasannya, “sayang, disini hujan lebat, mas belum bisa pulang, ini mas nginep di rumah teman, besok pagi mas pulang, sabar ya sayang, peluk cium mas buat kalian berdua”.

Bisa pembaca rasakan apa yang saya rasakan saat itu, saya menangis, sangat sangat terpukul, ingin rasanya aku menjerit, pertanyaannya KENAPA?? kenapa bukan aku yang ditakdirkan menjadi istrinya, kenapa harus begini keadaan kami?? mengapa? Sadarkah istrinya bahwa suaminya malam ini tidur bersamaku..? TUHAN….. dosa apa aku?

Rindu Itu

Hmhh, pagi menjelang, kami bersiap untuk pulang. Sebelum pulang, kami kembali mengobrol mempersiapkan diri, ia bersimpuh di depanku yang tengah terduduk lesu, ia menangis dipangkuanku meminta maaf atas apa yang telah terjadi, aku hanya bisa memeluknya tanpa kata. Kami pun pulang, ia mengantarkanku hingga depan rumah tentunya tanpa sepengetahuan ibuku, ia mengucapkan salam perpisahan dengan mata syahdu, aku tidak menjawab, kutinggalkan ia dalam keadaan termenung.

Setelah hari itu, kami tidak pernah berkomunikasi lagi. Hidupku hancur, hancur tanpa sisa, sehari-harinya aku lewatkan dengan tangisan di kamar, kuliahku berantakan, aku rindu mas David, aku ingin mas David, dengan segala curiga.. Satya datang, menemuiku menanyakan mengapa aku begini, kuceritakan semua yang terjadi, dan seperti yang aku duga, tangannya mendarat di pipiku, kakinya mengayun dilengan tanganku, aku terpojok di sudut kamar sambil menangis, aku meminta menyudahi hubungan kami, tapi ia malah bersujud meminta maaf dan tidak mau meninggalkanku.

Baca juga:  Bingung, Antara Pacar atau Pria Beristri

Aku tetap pada pendirianku, aku memutuskan untuk sendiri, meskipun resikonya aku harus menahan diri dari hinaan banyak orang, aku terima. Suatu saat telepon berdering, dari mas David, aku girang bukan main, langsung aku angkat teleponnya, dengan sangat terkejut ternyata bukan mas David, tapi Ika istrinya.

Bak disambar petir, aku dimaki sedemikian rupa, dibentak sedemikian dahsyat, rasanya aku ingin mati saat itu, tapi memang semua salahku, aku hanya bisa meminta maaf, disela sela amarahnya mbak Ika bilang mas David mengigau namaku, dan mengatakan bahwa ia sangat mencintai aku, aku menyesal, aku benar-benar menyesal.

Hidupku makin terpuruk, aku makin tidak tahu arah mana yang akan aku tapaki, aku mencintai mas David, hanya itu keyakinan yang aku tanamkan dalam pikiranku.

Dua bulan aku bertahan pada kondisiku seperti itu, orang rumah semakin menyalahkan aku, apalagi Satya terus terusan tidak mau melepasku. Ingin aku memberitahukan semua keadaan hatiku tapi aku tak mampu. Mas David,,, tolong dinda.

Juli 2011 aku mulai bangkit, dibangkitkan oleh seorang teman lama atau lebih tepatnya mantan pacar saat aku SMP, ia kembali dan berhasil meyakinkanku, singkatnya.. aku menikah dengannya, kutanggalkan semua masa lalu burukku yang telah kuceritakan semua ke suamiku. Sekarang, aku telah dikaruniai seorang putri cantik, kudengar mas David juga telah memiliki 1 orang putra kecil, syukurlah keadaan masa lalu itu bisa diperbaiki.

Dear Satya,
Terimaksih atas semua kenangannya, baik buruknya kamu, kamu tetap pernah menjadi orang terpenting dihidupku

Dear Fransisca,
Maaf, kupinjam dan kunikmati kesahajaan suamimu, maaf aku telah hadir di rumah tangga kalian, maaf, semoga karma tidak akan pernah menghampiriku

Dear Mas David
Dinda sayang sama mas, dinda tulus, biar semua masa lalu buruk itu dinda simpan, terimakasih mas mengajarkan dinda banyak hal tentang kehidupan, semoga mas selalu berbahagia.

Dear Suamiku, dan Kila Putri kecilku,
Kalian benar-benar harta terindahku, terimakasih pah telah hadir sebagi hero, terimakasih telah menerima semua masalalu ku, entah apa namanya, aku benar-benar takut kehilangan kamu pah.

Tak pernah ku pungkiri aku berdosa, tapi ini mungkin yang dinamakan proses pendewasaan, aku bertaubat, dan aku menyesal.

Terimakasih.

***
Punya pengalaman hidup untuk dishare ke pembaca ceritacurhat.com yang lain? Tulis dan kirim cerita Anda di sini!

Loading...

11 Comments

  1. maulida June 25, 2015
  2. Augustaa July 2, 2015
  3. IIN AUGUSTI July 3, 2015
  4. ALD September 20, 2015
  5. Roomhendi Mustofa October 9, 2015
  6. Asmoro Indo Steell December 25, 2015
  7. bule March 21, 2016
  8. dija July 2, 2016
  9. Linda August 17, 2016
  10. Riska November 24, 2016
  11. Pecundang December 8, 2017

Leave a Reply