Suamiku Sakit-Sakitan

Aku dulu menikah saat usia masih sangat muda. Aku kira menikah muda itu enak ternyata tidak, menikah muda adalah kesalahan besar yang harus aku jalani. Aku punya suami yang sabar dan penurut dan juga menyayangi aku sepenuh hati. Tapi aku tidak suka dengan kelakuannya yang tidak bisa menghargai setiap pendapat dan usahaku.

Cerita cerai suami sakit

Suami sakit-sakitan

Aku selalu di remehkan. Padahal setiap dia bekerja hasilnya pun tak tentu. Aku berusaha untuk membantunya agar segala kebutuhan tercukupi dan ternyata diamlah yang ku dapat, bukannya dorongan dan motivasi agar aku lebih giat membantu dia mencari nafkah.

Aku tahu jika hanya mengharapkan hasil jerih payahnya dia saja, tidak akan mungkin bisa mencukupi segala kebutuhan keluarga kami, itulah sebabnya aku pun bekerja untuk membantu keuangan keluarga.

Dalam seminggu suamiku kerja tidak menentu karena penyakitnya kadang tiba-tiba kambuh. Begitu yang dialami sampai 3 tahun lamanya.

Aku mencoba bertahan dan bertahan, tapi pada kenyataannya penyakitnya semakin menjadi-jadi. Dia mengidap penyakit yang mengerikan dan membuat semua orang resah jika mengetahuinya.

Suamiku punya penyakit epilepsi/ ayan. Banyak tetangga dan orang-orang menyebut penyakit itu tidak bisa disembuhkan. Sebenarnya aku sangat sayang sama suamiku.

Walau pada kenyataannya suami sering sekali meremehkanku, mengancamku dan paling menyakitkan dia sering bilang akan meninggalkanku padahal kami sudah di karuniai 1 anak laki laki.

Baca juga:

Suatu hari ada sebuah kejadian yang membuat kami bertengkar hebat, dan dia meninggalkanku pergi ke rumah orang tuanya. Aku pun membiarkannya, karna aku tau dia gak akan betah tinggal bersama orang tuanya. Tapi pada kenyataannya, orang tuaku malah menyuruhku untuk menanyakan kapan dia mau menceraikan aku.

Baca juga:  Bapak, Ibu.. Maafkan Anakmu Ini

Aku jadi bingung, sejujurnya orang tuaku lah yang selama ini merawat suamiku ketika penyakit epilepsinya kambuh. Karena aku bingung dan tak pernah tau kapan penyakit itu kambuh.

Tapi aku bersi keras untuk mencoba memperbaiki rumah tanggaku dan kami pun memutuskan untuk hidup mandiri.

Aku dan suami akhirnya hidup dikontrakan. Waktu itu, di sepertiga malam tepatnya pukul 11.00 wib saat kami sedang terlelap tidur.

Aku kaget mendengar sebuah jeritan yang membuatku terbangun dari tidur. Ternyata penyakit epilesi suamiku kambuh, penyakit yang selama ini dikeluhkan orang tuaku.

Namun aku masih berfikir positif. Aku mencoba membawanya ke dokter dan di sarankan untuk meminum obat secara rutin. Namun pada kenyataanya semua usahaku diremehkan suamiku, obat yang disarankan dokter tak diminumnya. Aku tak bisa apa-apa selain hanya diam.

Sampai sebulan kemudian penyakit itu kambuh lagi. Aku pun sangat takut dan tak banyak bicara aku menelpon mertua untuk merawat suamiku. Dua hari lamanya berpisah dengan suami dan akhirnya aku memutuskan untuk bercerai.

Mendengar permintaanku itu, suamiku menolak, alasannya dia mau memperbaiki semua kesalahannya, tapi aku tak percaya dengan semua janjinya itu.

Aku tetap bersi keras untuk bercerai. Sampai-sampai anakku di culiknya. Tapi aku tau itu hanya sebuah pancingan. Jadi aku mengajukan gugatan dan dua minggu kemudian dia mendatangiku karna tidak terima karna aku mengajukan gugatan cerai di pengadilan. Sampai-sampai anakku dijadikan alat untuk mengancamku.

Aku dan orang tuaku hanya bisa berdo’a. Begitu sakit rasanya hati ini mengenalnya, begitu sakit hidup bersamanya, mau pisah pun harus merasakan sakit.

Segala tindakan dia lakukan termasuk mengancam akan membunuh anakku. Sekitar 1,5 bulan gugatanku akhirnya dikabulkan ketua hakim. Dan kami pun resmi bercerai.

Baca juga:  Menghakimi Suami dengan Dosa Zina

Entah apa yang terjadi tiba-tiba anakku dikembalikan ke pelukanku namun dia meminta harta hasil kerjanya denganku. Orang tuaku pun menyarankan untuk memberikannya saja, aku sendiri tidak keberatan yang penting anakku bisa kembali kepadaku.

Demikian, semoga cerita ini bisa bermanfaat, dan kepada pembaca ceritacurhat.com semoga bisa belajar dari pengalamanku, jangan menikah muda dan yang paling penting pilihlah calon suami atau istri yang mempunyai sikap terbuka dalam segala hal dan juga jujur agar bisa mendapatkan keluarga yang kita impikan.

***
Punya pengalaman hidup untuk dishare ke pembaca ceritacurhat.com yang lain? Tulis dan kirim cerita Anda di sini!

Loading...

4 Comments

  1. reka October 5, 2014
  2. ari subekti March 4, 2015
  3. cakil April 27, 2015
  4. jimmy June 17, 2015

Leave a Reply