Panggil saja namaku Sri, mulanya aku adalah seorang janda tanpa anak. Aku masih muda dan cantik sehingga meski berstatus janda aku masih laku di kalangan para pria. Aku lahir dari keluarga biasa saja, sebutlah buat makan saja kita harus bekerja keras. Itulah yang membuatku fokus mencari uang dan tidak terlalu menanggapi godaan para pria yang selalu datang kepadaku.
Setahun lebih aku hidup menjanda, aku kenal seorang lelaki, dia sudah menikah dan punya anak dua.
Awalnya hubungan kita hanya sebatas teman biasa, gak ada perasaan sama sekali diantara kami.
Hubungan kami sangat baik, saling menghormati satu sama lain, tapi lama kelamaan sikap dia kepadaku menjadi sangat hangat, baik dan bisa dikatakan benih-benih cinta mulai tumbuh dengan semakin seringnya kami bertemu.
Oya, ini adalah kali pertama aku menjalin hubungan dengan suami orang. Lama kita menjalin hubungan, semua baik baik saja dan tidak pernah ada kata berantem atau bagaimana, semuanya terasa indah, dan tentu saja hubungan kita sudah sangat jauh.
Tapi aku pikir usia ku makin lama makin bertambah dan tidak mungkin aku menjalin hubungan seperti ini terus tanpa ada kejelasan.
Saat ini usiaku sudah sudah 27 tahun dan aku ingin punya anak sebelum berusia 30 tahun. Tapi pacarku ini belum siap menikah, dan itu yang membuat aku tidak sabar dan suka mengeluh.
Singkat cerita pacarku pulang ke tempat istrinya di daerah Jawa sana, komunikasi kami sedikit berkurang dan sedih rasanya. Ada rasa takut kehilangan, takut dia tidak kembali lagi, padahal aku sudah iklas kalaupun menjadi istri ke 2, asal hubungan kita jelas.
Disinilah kebodohanku di mulai, aku kesal dan mungkin juga karena aku kangen, aku mengambil keputusan minta di temani seorang teman pria, dia sudah menikah juga, kita berteman walaupun aku tau (sebut saja namanya Rudhi) dia mencintaiku sudah sejak lama tapi tak pernah aku tanggapi, karna aku sangat mencintai kekasihku Mr.A (nama samaran).
Baca juga cerita menarik lainnya:
Malam itu aku meminta Rudhi menemaniku ke tempat diskotik di daerah Bandung. Itu adalah pertama dan terakhir kalinya aku masuk ke tempat seperti itu, dan Rudhi yang sudah mencintaiku sejak lama dengan senang hati menerima ajakanku.
Tadinya aku cuma berniat main sebentar saja untuk hilangin rasa kesalku, dan pulang dini hari, tapi ceritanya tidak seperti itu.
Di tempat diskotik aku di kasih minuman dan terbawa suasana. Akupun menikmati semua minuman itu tanpa tau takaran minum memabokkan itu segimana, selama aku masih bisa minum Rhudi terus memesannya untukku, dan ahirnya aku tau mabuk itu rasanya bagaimana. Lemas sampai ga kuat jalan, tapi aku masih ingat, aku gak lupa diri.
Akhirnya kita pulang, tapi kita pulang ke hotel bukan pulang ke kota asal kami. Dan disitulah Rudhi dengan leluasa menjiarahi tubuhku, berulang-ulang, sampe dia kecapean sendiri, disitu aku merasa benar-benar sudah berkhianat kepada kekasihku. Bodoh sekali rasanya aku bercinta dengan suami orang yang kekasih pun bukan.
Sebulan lebih aku tidak bertemu Rudhi lagi, dan tiga bulan lamanya aku tak bertemu kekasihku, Mr.A. Dan benar saja hasil malam itu, aku telambat datang bulan dan hasilnya positif, aku hamil.
Aku senang bisa hamil, aku tidak menyesal mau punya anak, tapi yang aku sesalkan kenapa anak Rudhi bukan anak kekasihku.
Rudhi tau dan dia tidak keberatan menikahiku tanpa sepengetahuan istrinya, disitu aku masih beruntung, tapi bagaimana dengan kekasihku? tak lama mr. A menemuiku, dan kuberanikan diri menceritakan semua penyesalanku yang sudah menghianatinya, dia sangat kecewa tapi dia tidak kasar, dia masih menghormatiku walaupun aku telah menyakitinya. Malam itu kita berpisah baik-baik walaupun berat rasanya.
Di usia kehamilan yang beranjak 3 bulan akhirnya Rudhi menikahiku, aku berusaha mencintainya dan menghormatinya, walaupun dia ternyata orang yang kurang bertanggung jawab dalam hidup berrumah tangga, aku masih harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhanku.
Dan makin lama bersamaya aku makin tau tabiat suamiku, ternyata dia menjalin hubungan dengan beberapa perempuan, yang muda sampe yang sudah berumur. Awalnya aku masih bisa menahan rasa marah ini, tapi makin lama suamiku makin kurang ajar.
Sekarang usia kehamilanku beranjak 9 bulan, menjelang persalinan suamiku malah jarang pulang dan kurang memberi nafkah buat kebutuhanku, mau ga mau di usia kehamilanku yang sudah tua aku masih kerja, lelah memang tapi mau bagaimana, aku bukan tipe orang yang tega menyusahkan orang tua.
Kalo perasaan ku cape, aku sering ingat kekasihku, yang selalu membuat aku senang, cuma aku yang kurang bersabar, sekarang aku cuma menunggu buah hatiku lahir, dan kedepannya pasti aku mau berusaha lagi tanpa harus mikirin perilaku suamiku, aku ga mau mikirin itu nanti,, aku yakin aku pasti bisa berusaha lebih buat anakku nanti.
Punya pengalaman hidup untuk dishare ke pembaca ceritacurhat.com yang lain? Tulis dan kirim cerita Anda di sini!
mbak,coba juga jelaskan awalnya mengapa pernah sbg istri seseorang lalu menjadi janda.Itu dulu.
Lantas melihat tindak kelakuan mbak sesudah menjadi janda sepertinya alim,tetapi ternyata kemudian masuk diskotik,minum khamr(alkohol yg memabukkan) lalu dengan mudahnya berzina sampai bunting.
Sudah tahu yg dikejar suami orang,kalaupun sadar buntut2 nya atas nama cinta palsu toh berzina juga,itu cerita jadi istri kedua sih nanti prioritas ke 1001,yg penting tubuh mbak bisa dinikmati dulu oleh suami orang tadi,ternyata meleset,tapi yg terjadi toh mbak tetap berzina juga,kalau kemudian dinikahi juga ya pahami,wanita pezina utk laki2 pezina,skrg mbak punya suami berzina dng wanita lain,ya mbak terima saja krn dalil Allah tadi KEKAL BERLAKUNYA SAMPAI AKHIR JAMAN,tidak menyarankan sih buat mbak membuat zina lagi dng yg lain,tapi dalilnya toh berkata spt itu,KECUALI mbak mau tobat,sesali nikmat zina,janji tdk mengulang.Kalau kemudian suami mbak yg pezina kena AIDS (naudzubilahmindzalik) dan mbak tertular,ikhlas ya menerimanya,anggap saja itu bonus istimewa buat pezina seperti mbak.