Sudah hampir 10 tahun kami menikah, kami di karuniai dua orang anak, satu laki-laki dan satu lagi perempuan. Empat tahun belakangan ini saya memendam beribu pertanyaan di dalam pikiran saya karena ketidak jujuran suami saya.
Sebelumnya suami selalu bersikap kasar, saya sering dipukuli, disiram nasi kalo suami lagi makan, bahkan lebih parah lagi, sejak 4 tahun belakangan ini suami berubah total semenjak dia sudah mengatas namakan rumah menjadi atas nama mertua laki-laki saya.
Setiap saya mempertanyakan surat surat yang atas nama mertua saya, suami tidak pernah bicara jujur dan saya sangat tidak puas.
Saya kecewa dengan keputusannya karena sepihak, saya tidak pernah diajak musyawarah suami mengenai sesuatu yang membuat saya semakin bingung apa maksud dari niat suami saya, karena menurut saya tidak masuk akal, dan keluarganya juga seakan akan pura- pura tidak tahu apa-apa.
Sampai sekarang suami tidak memperlihatkan niat akan merubah sertifikat rumah kami seperti janjinya dulu, saya sangat kecewa dengan ketidakjujuran suami saya.
Bahkan saya hampir benar-benar putus asa, saya merasa cuma dimanfaatkan suami, kadang-kadang saya ingin berpisah dengannya karena saya merasa tidak pernah dianggapnya ada.
Saya sebagai istri merasa tidak ada gunanya, saya merasa suami saya serakah, bukan harta yang saya pikirkan tapi saya sudah merasa dibohongi.
Saya kecewa kepercayaan saya sudah hilang karena selama ini suami saya tidak pernah selayaknya memperlakukan saya sebagai seorang istri.
Saya hanya merasa suami hanya memperlakukan saya sebagai pembantu, bahkan saya dari pertama menikah dulu pun ikhlas membantu mencari nafkahnya, sampai sekarang pun saya masih bekerja sampingan untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga.
Tapi saya sudah terlanjur terluka karena perjuangan saya selama ini tidak pernah terlihat di matanya. Suami selalu berpikiran negatif dengan semua yang sudah saya lakukan.
Saya kecewa karena selama ini suami ternyata tidak pernah sedikit pun mempunyai kepercayaan terhadap saya. Saya sangat tertekan, saya mungkin tidak bisa hidup satu atap dengan orang yang selalu berusaha untuk menyakiti saya.
Dan meskipun bertahun tahun kami hidup satu atap, suami sama sekali tidak menaruh kepercayaan terhadap istri, rasanya rumah seperti di neraka, kadang saya merasa jijik saat di sentuhnya.
Saya merasa sudah ditipunya, dikhianatinya, kadang saya berpikir hubungan ini tidak mungkin bisa saya lanjutkan, akan lebih baik jika kami memang berpisah saja karena diantara kami sudah tidak ada kejujuran selayaknya suami dan istri.
Saya sangat kecewa dengan suami saya yang jika ada apa-apa saya tidak pernah di ajaknya bermusyawarah,p adahal hidup kami dari kami miskin tidak punya apa-apa bahkan sepeser pun kami tidak memintanya dari orang tua kami, orang tua saya dan suami.
Sekarang kami sudah memiliki segalanya, rumah bahkan mobil, tapi suami selalu berkata kalau itu semua hasil jerih payahnya semua, sekarang saya sangat putus asa saya tidak bisa hidup serumah dengan orang egois sepertinya.
Saya kasihan dengan anak- anak saya nanti,karena sudah kelihatan saudara suami saya semuanya serakah dengan harta,saya berpikir mungkin jalan yang terbaik saya berpisah dengannya dan membawa anak-anak saya semua dengan tidak meminta harta apapun darinya saya ingin mengikhklaskannya,
mungkin jika saya hidup terus bersamanya saya hanya akan mengorbankan diri saya sendiri,entah sampai kapan saya benar-benar ingin berpisah saja darinya..
Punya pengalaman hidup untuk dishare ke pembaca ceritacurhat.com yang lain? Tulis dan kirim cerita Anda di sini!