Aku sudah tahu suamiku seorang playboy tapi aku tetap menerima lamarannya. Setelah menikah aku harus makan hati menyaksikan perbuatan suamiku yang senang mengganggu istri orang. Bahkan tahun lalu, suamiku di arak ke kantor kelurahan setelah tertangkap basah sedang berbuat mesum dengan seorang wanita di kampung sebelah.
Namaku Lastri, aku seorang wanita desa. Sesungguhnya aku sangat malu dengan perilaku suamiku itu. Tapi bagaimanapun juga dia tetaplah suamiku, baik jelek tetap kuterima. Beberapa kali telah kunasehati agar berhenti menggoda wanita lain, tapi dia tidak mau mendengat.
Suamiku memang termasuk gagah, tubuhnya tinggi dan penampilannya berwibawa, tidak kelihatan kalau dia hanya seorang buruh di pabrik.
Karena kepintarannya merayu itulah aku jatuh cinta dengannya beberapa tahun yang lalu. Dan entah kenapa ketika dia melamarku aku langsung menerimanya.
Kupikir setelah menikah sifat playboy nya mungkin akan hilang, tapi ternyata aku salah, bukannya membaik, suamiku malah tambah nekat menggoda banyak wanita di desa kami.
Aku risih dengan guncingan tetangga, disebut istri yang tidak pandai mengurus suami, aku hanya wanita lemah, meskipun sudah kunasehati tapi suamiku menganggap lalu. Kadang aku berpikir untuk cerai saja darinya, tapi itu pun juga pamali. Apa kata keluarga dan orang-orang sini jika melihat aku yang menjadi janda.
Beberapa tahun yang lalu aku sempat pergi dari rumah dan kembali ke rumah orang tua karena suamiku kedapatan menginap di rumah seorang janda.
Oleh petugas RT dia dibebaskan karena memang tidak cukup bukti untuk membawanya ke polisi. Saat itu aku sangat marah dan menuntut cerai.
Suamiku datang ke rumah dan menjemputku, dia berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatannya dan akan menyayangiku sepenuh hati.
Sebagai orang desa aku dididik untuk taat pada orang tua dan suami. Saat itu meskipun ragu aku mengiyakan permintaannya. Dia juga berjanji untuk tidak lagi mabuk-mabukan dan berjudi. Kuberi dia kesempatan untuk membuktikan kata-katanya.
Dan beberapa bulan, aku melihat tingkah lakunya memang berubah. Tetanggaku juga mengatakan sama, mereka bilang suamiku sudah tobat dan tidak lagi senang menggoda perempuan lain.
Aku juga sudah tidak pernah mencium aroma alkohol di bajunya. Ah mungkin suamiku bersungguh-sungguh kembali ke jalan Tuhan.
Tapi ternyata aku salah, tetanggaku juga salah. Dia tidak lagi menggoda wanita-wanita di kampungku, tapi pindah mengganggu wanita di kampung sebelah.
Malam itu, suamiku kedapatan sedang berbuat mesum di rumah seorang wanita yang ditinggal suaminya pergi ke luar kota.
Seorang petugas ronda datang ke rumahku dan melaporkan perbuatan suamiku. Katanya suamiku sekarang ada di kantor lurah bersama wanita itu.
Betapa malunya aku, aku merasa sakit dan dibohongi. Pagi itu ratusan orang mengarak suamiku ke kantor kelurahan. Bajunya sudah compang camping karena diamuk massa.
Meskipun suamiku dan wanita itu membantah tuduhan telah berbuat mesum tapi petugas ronda mengaku melihat mereka telanjang bulat di kamar sang wanita.
Aku yang juga hadir di kantor keluarahan hanya bisa menangis. Beberapa tetangga memegang bahu dan memelukku.
Akhirnya atas desakan warga, suamiku dan wanita itu diserahkan ke kantor polisi dengan tuduhan mencemarkan warga di kampung dan berbuat tidak senonoh.
Saat itu aku langsung mengemasi semua barang-barangku dan pulang ke rumah orang tua. Aku mau cerai darinya. Sudah tidak mampu aku memikul malu dan marah ini. Biarlah aku menjadi janda daripada menjadi istri seorang laki-laki seperti suamiku.
Itulah kisahku beberapa tahun yang lalu. Saat ini kami resmi bercerai. Suamiku tidak menolak dan tidak mendebatku saat aku meminta berpisah darinya.
Aku tak ingin merasa kasihan lagi padanya. Terimakasih kepada redaksi ceritacurhat.com yang telah memuat kisahku ini, semoga pengalaman hidupku ini menjadi pembelajaran bagi wanita lain agar hati-hati memilih suami.
Punya pengalaman hidup untuk dishare ke pembaca ceritacurhat.com yang lain? Tulis dan kirim cerita Anda di sini!
wah kebangetan bner tu suami
ga tanggung2
tu mank hobi’a ya mbak ???
skrg mbak udah nikah lgi ???
sabar ya bu…
Mungkin sebelum menikah suami mbak belum puas dengan masa pacarab dan mungkin juga suami mas sudah biasa dengan gonta ganti pacar waktu belum menikah jadi setelah menikah masih saja sifat itu terbawah ketengah – tengah keluarga mbak, kalau mbak telah cerai sah itu keputusan yang tepat agar suami mbak sadar dan kalau suami mbak masih dosan gonta – ganti pasangan itu juga saat yang tepat untuk kebejatannya, la wong lubange yo serupo kok pakek nyobak wedok iki – wedok iku 1000 wedoakpun di turoni rasane yo serupo wae.
rasane serupo….tapi strume bedo…ya…toh
Bercerai dr suami mba adlh kptsan yg baik krn suami mba tdk akn prnh brbah.jd mba sbr dlm mnghdpi smua ini jaln mba msh pnjng dan truzlah brdoa.
snasib sepenanggungan,, semangat buu,,,
tidak ada lagi yg perlu dipertahankan menikahi laki bajul buntung macam suami mbak,bagus dia di bully warga-entah bikin jera atau tidak,semoga ada laki2 soleh buat mbak sebagai gantinya.