Perkenalkan, nama saya Bramantio, saya berusia 25 tahun pada saat tulisan ini saya publikasikan. Saya adalah seorang Manajer dan wirausahawan kecil-kecilan. Saya seorang pria yang sudah menikah dan istri saya sedang mengandung anak pertama saya.

Istri tidak perawan
Nah, disini saya ingin cerita bagaimana pengalaman hidup saya yang bisa dibilang sangat pahit.
Saya telah menikahi seorang wanita yang baik, cantik, terdidik, ramah tetapi ada 1 hal yang membuat saya seperti jantungan kala mendengar kata-kata tersebut.
Ketika kami (saya dan istri saya) masih dalam tahap pacaran, istri saya tidak pernah bercerita dan saya juga tidak pernah bertanya tentang masa lalunya.
Hingga pada suatu ketika, saya hendak melamarnya dan menjadikannya pasangan hingga tua, ternyata pada saat yang bahagia kala itu terdapat momentum yang sangat mengecewakan.
Dia menyatakan bahwa dirinya sudah pernah melakukan percumbuan, video call s*ks, ataupun aktivitas s*ks lainnya tetapi belum sampai berhubungan badan.
Berat batin ini mendengarnya, cincin yang saya suguhkan kepadanya saya tutup lagi, akhirnya saya meminta waktu untuk memutuskan selama 7 hari.
Selama 7 hari saya berfikir, bukan maksud menganggap saya ini pribadi sempurna, tetapi saya dari dulu sampai sekarang tidak pernah berbuat hal seperti itu.
Memang dahulu saya punya mantan, tetapi saya tidak pernah melakukan hal berbau s*ks atau lainnya yang mana saya anggap itu sangat terlarang.
Ditambah lingkungan saya yang sangat disiplin dan Islami. Ingin rasanya saya membatalkan pernikahan ini, tapi ada cinta dan sayang di lubuk hati kecil saya, ingin rasanya melanjutkan hubungan tapi kekecewaan saya terlalu besar.
Hingga 7 hari berlalu dan tibalah saatnya saya menyampaikan keputusan.
Akhirnya saya melamarnya dan menerima masa lalunya tetapi dengan syarat dia harus menceritakan detail dengan siapa, berapa banyak, dimana, bagaimana rasanya perbuatannya di masa lalunya kepada saya.
Lalu dia mengangguk terharu tanda menyanggupi dan menerima lamaran saya. Kemudian saya berkata “Tetapi sebelum kita menikah kamu harus ikhlas dan rela saya berbuat sebanyak, seperti yang kamu lakukan kepada wanita lain, setelah itu masalah masa lalu ini selesai dan kita buka lembaran baru”.
Dia hanya terdiam, lalu matanya mulai meredup dan menangis cukup lama, tetapi akhirnya dia menyanggupinya.
Lalu mulailah saya membalas dan melakukan perbuatan tersebut, awalnya saya merasa canggung karena melakukannya dengan wanita bayaran yang mana sudah pasti lebih ahli daripada saya, tetapi akhirnya saya mulai terbiasa.
Hingga akhirnya saya menyadari saya mulai menikmatinya dan saya coba berganti wanita, mulai dari teman, rekan kerja bahkan client, tetapi tetap saya menjaga untuk tidak melakukan hubungan badan, walaupun jujur saja seringkali tidak mampu menahannya.
Lalu setiap saya melakukannya saya selalu melaporkannya kepada tunangan saya (sekarang istri), hingga selesailah perjanjian ini.
Akhirnya setahun setelah saya lamar saya menikahi dia dan Alhamdulillah istri saya memang masih perawan, mungkin ini jalan yang bejat tapi menurut kami berdua ini jalan terbaik.
Tetapi ada alasan tersendiri saya tetap menikahi istri saya walau masih banyak wanita di luar sana yang masih perawan 100%. Pertama, istri saya tidak materialistis, dia selalu mau diajak makan dimana saja atau tetap bersama saya bagaimanapun kondisinya.
Kedua, istri saya tidak menuntut saya ataupun penghasilan bahkan yang lainnya. Ketiga, saya telah merasakan sosok keibuan pada dirinya semenjak awal pacaran. Keempat, istri saya mau diajak berkomitmen.
Mungkin itu saja cerita saya dan mungkin saja dari pembaca ada yang kurang berkenan, itu wajar saja karena di dunia ini selalu berpasangan, tentu saja bila ada pro ada pula kontra.
Terimakasih atas waktu pembaca sekalian.I
Punya pengalaman hidup untuk dishare ke pembaca ceritacurhat.com yang lain? Tulis dan kirim cerita Anda di sini!
Anda lelaki yang prisipnya tanggung-tanggung dan malah rapuh. Untuk apa ‘membalas’ perbuatan calon isteri yang sudah berani bersikap jujur begitu? Kalau memang suka kepadanya ya terima saja apa adanya; lalu berikrar untuk menyongsong masa depan dengan lebih baik dan terhormat. Salam
nasi sudah menjadi bubur moga langgeng.
balas dendam tidak menyelesaikan masalah.
dari segi “menang/kalah” jelas istri anda “menang”.knapa? krn dia sama mantannya pakai perasaan sedangkan kamu cuman pakai rasa “balas dendam”
buat kawan2 semua semoga tidak mengikuti jejak kawan satu ini.
kalau emang bisa menerima lanjutkan,kalau tidak tinggalkan.