Hanya Bisa Menikmati Menjadi Wanita Kedua

Setelah ditinggal kekasih aku sungguh patah hati dan menutup diri dari lelaki manapun. Kini setelah kubuka hati ini, ternyata aku harus menghadapi kenyataan menjadi wanita kedua.

Rela menjadi istri kedua

Rela menjadi istri kedua

Aku Andra, 26 tahun, bekerja di sebuah perusahaan swasta asing. Aku pernah patah hati ketika 4 tahun lalu kekasihku mengkhianatiku.

Dia berselingkuh dan memilih bersama yang lain, dan betapa pengecutnya dia kala itu.

Ia membuatku “gerah” dengan sikapnya sehingga memaksaku untuk mengakhiri hubungan tepat saat ulang tahunku yang ke 22.

Sejak itu aku membenci segala tetek bengek ulang tahun.

Setelah kejadian itu, aku menjadi dingin dan tertutup pada setiap pria. Aku juga menarik diri dari pergaulan, menenggelamkan diri dalam pekerjaan.

Hingga hari itu, beberapa hari menjelang ultahku ke 24, aku iseng online facebook. Seorang kenalan lama menyapaku, kenalan seangkatan saat kuliah, ia mengajak bertemu.

Aku tahu ia sudah menjalin LDR (Long Distance Relationship) selama bertahun-tahun. Namun saat itu aku tidak ada perasaan apapun padanya dan lagi aku berpikir sudah waktunya aku ‘keluar dari gua’.

Dia sangat menyenangkan. Easy going dan berwawasan luas. Selera dan hobi kami pun sama. Lagu lagu jadul, genre film, sama-sama suka bercanda, sama-sama menyukai makanan manis.

Sikapnya pun lembut, beberapa kali ia menggandeng tanganku atau menyuapkan makanan padaku. Aku hanya berpikir “Ayo Andra, jangan gara gara kamu jomblo terus kege-eran!! Dia udah punya pacar wooyy!”

Kami bertemu hampir setiap malam sepulang kerja, suatu kali saat aku tak bisa menemuinya ia merajuk.

Suatu malam di bulan Juni 2 tahun lalu, ia menciumku dan mengatakan ia menyayangiku namun ia tak bisa menjanjikan apa-apa padaku karena dia telah memiliki janji dengan kekasihnya.

Baca juga:  Masa Lalu Membuatku Takut Menikah Lagi

Aku bahagia sekaligus patah hati mendengarnya.

Namun perasaan sayangku terlalu besar, ia yang telah membuka hatiku yang selama bertahun-tahun tertutup karena sakit hati.

Akupun menjadi yang kedua. Pertemuan diam-diam, bermesraan secara sembunyi sembunyi, saling kontak setiap hari.

Semuanya begitu menyenangkan. Hingga akhirnya ia menikahi kekasihnya, perasaanku hancur. Aku sangat marah.

Beberapa kali aku memutuskan tak ingin menemuinya lagi namun ia menahanku. Namun ia selalu menahanku, dia bilang dia mencintaiku (okey tapi kenapa bukan aku yang kamu nikahi?)

Ia memelukku erat, membuatku selalu luluh, karena aku ingat, aku pernah ditinggalkan saat aku sedang sangat mencintai orang tersebut (mantan) dan itu sangat menyakitkan. Aku tidak mau ia merasakan sakit yang sama.

Saat ini aku masih menjadi ‘kekasih gelap’nya dan entah sampai kapan. Seorang sahabat, yang beberapa bulan terakhir menjadi ‘tempat sampahku’ telah bosan menasehati hingga memakiku sebagai wanita-hina-perusak-rumah-tangga-orang.

Sungguh aku tidak marah. Ia benar, aku yang  salah, aku tahu pandangan buruk di luar sana mengenai selingkuhan.

Aku tak akan berusaha mengelaknya. Aku hanya berpikir.. saat ini yang aku punya hanya waktu. Waktu yang berharga saat bersamanya.

Karena itu aku selalu menikmati saat kami berdua. Memeluknya erat walaupun terkadang ia tidak nyaman :’) mengingat aroma parfumnya, mengamati tiap gurat di wajahnya, menyimak setiap celotehannya.

Akupun selalu berusaha selalu ada saat ia membutuhkanku.
Aku baru akan berhenti saat dia memintaku meninggalkannya. Saat ia melepaskan tanganku maka saat itu aku akan menghilang. Aku tak pernah mampu meninggalkannya…

Maybe it’s too pathetic but I will never regret all what I’ve done.

“Karena Tuan Muda (begitu aku memanggilnya)… mungkin dia adalah bahagiamu tapi ketahuilah semua kebahagiaanmu adalah bahagiaku”.

Baca juga:  Ingin Menikah Tapi Pacarku Belum Siap
***
Punya pengalaman hidup untuk dishare ke pembaca ceritacurhat.com yang lain? Tulis dan kirim cerita Anda di sini!

Loading...

2 Comments

  1. anonymous August 17, 2018
  2. Nita December 27, 2018

Leave a Reply