Kakakku Pahlawanku

Bertahan dalam kehidupan yang keras di zaman sekarang ini memang sangat hampir mustahil. Di tambah dengan kenyataan yg harus ku pasrahkan aku hidup tanpa orang tua.

Kakakku PahlawankuYa, aku anak buangan. Aku anak hasil dari perbuatan gelap ayah dan ibu ku yang entah aku pun tak tahu siapa dan dimana mereka berada.

Aku di besarkan oleh sepasang kakek dan nenek dan juga ada seorang anak laki-laki yang umurnya terpaut mungkin 5-6 tahun dariku.

Dan aku sangat terkejut bahwa ternyata anak itu bernasib sama seperti diriku. Dia selalu mengaku sebagai kakak kandungku selama ini, sampai akhirnya 6 tahun yg lalu ia berbicara kepadaku semuanya..

Shock!! menangis!

Menjerit!! Dan pada akhirnya menerima semua kenyataan bahwa aku hanya sendiri mengingat orang tua (kakek dan nenek sudah meninggal sejak aku 7 tahun).

Tapi kak Agung selalu bilang padaku ‘kamu gak sendirian, kamu masih punya kakak yang akan selalu melindungi kamu’

Oh ya, namaku Dinda (pemberian kakak). Umurku 23 tahun (gak yakin sih), aku wanita tinggi juga putih, berambut panjang sepunggung dan suka di pony 1 di pinggir (style tersendiri buatku hihi).

Dan Alhamdulillah sekolahku lancar, sampai sekarang dan aku masih kuliah.

Aku ingin berbagi sedikit kisah pahit yang mungkin akan membuat bebanku dulu menjadi semakin ringan sewaktu dulu.

Aku wanita cantik, seksi (yah begitulah kata orang-orang) walaupun aq merasa biasa aja. Memang di sekolah aku yg paling putih, walaupun tak terlalu berisi namun postur tubuhku banyak membuat lelaki bahkan guruku sendiri menelan ludah.

Waktu aku menginjak kelas 2 sma, aku sangat aktif dalam kegiatan olahraga kadang juga sering ikut basket.

Baca juga:  Teganya Kakakku

Pernah suatu waktu ada murid baru dan berhobi sama denganku yaitu basket. Ceritanya sih ngajak duel one on one. And aftar a long last battle aku menang tapi aku juga sempet keseleo dan ambruk (saking senengnya).

Dian cowo basket itu membantuku buat bangun dan kebetulan ngasih minuman, berhubung haus dan cape aq abisin tanpa pikir panjang. Beberapa saat kemudian aku merasa pusing dan pingsan.

Alangkah terkejutnya ketika sadar aku melihat Dian mempereteli pakaianku, bahkan aku diikat di gudang sekolah.

Dia memainkan tubuhku, menciumi sekujur tubuhku, menjilatnya, bahkan senjatanya sudah hampir mau membobol keperawananku.

Aku yang ga bisa teriak karna mulutku tersumpal, aku juga tak bisa bergoyah merontah karena lemas hanya bisa menangis meratapi nasibku.

Namun alangkah kagetnya aku melihat si Dian pingsan dan punggungnya sedikit berdarah. Ternyata kakakku datang mendobrak jendela dan memukul Dian sekeras mungkin memakai balok kayu.

Setelah ikatanku lepas aku menangis sejadi-jadinya sambil memeluk kakakku. Eh dasar, nangis sih boleh tapi itu eh jangan telanjang begitu’.

Aku hanya tertawa dalam tangisku dan aku bersyukur Tuhan masih melindungiku. Terlebih lagi ia mencipatakan dan mendampingkan orang yang paling aku sayang yang selalu melindungiku.
Kakakku..

Dian langsung pindah sekolah karena malu, padahal dia belum lama ada di sekolah ini.

***
Punya pengalaman hidup untuk dishare ke pembaca ceritacurhat.com yang lain? Tulis dan kirim cerita Anda di sini!

Loading...

Leave a Reply