Halo para pembaca ceritacurhat.com yang menyempatkan untuk membuka surel berisi curahan hati saya yang sedang penat ini! Perkenalkan, namaku Naia Azayaka, seorang siswi kelas 2 SMA yang baru saja beranjak 16 tahun.

Jatuh cinta pada guru
Aku ingin bercerita tentang seseorang yang umurnya terpaut 15 tahun dariku dan sudah membimbingku hampir satu tahun lamanya, sekaligus menjadi orang yang membuat warna di hari-hariku.
Tepat satu tahun yang lalu, aku naik ke kelas 2. Dimana aku harus memilih jalan menuju masa depanku dengan memutuskan jurusan IPA, atau IPS. Aku memilih IPA, karena aku menyukai mapel Biologi.
Singkat cerita, aku mengalami pergantian pembimbing alias guru. Ajaibnya, hanya 3 guru yang berubah. Yaitu Kimia, Matematika, dan Bahasa Asing.
Perkenalan mengalir begitu saja. Sampailah pada waktu pelajaran Bahasa Asing, dimana takdir mempertemukanku dengannya. Yaitu, Pak Adman.
Sebelumnya, pada saat aku duduk di kelas 1. Kami sempat dipertemukan beberapa kali entah itu di koridor sekolah, kantin ataupun ruang guru. Tapi aku selalu acuh karena aku tidak mengenalnya, apalagi aku belum pernah diajar olehnya.
Mungkin aku pernah sempat satu dua kali terpana. Karena tingginya yang, umm.. tidak umum untuk lelaki. Jika berdiri sejajar denganku (waktu itu kami papasan dan aku iseng melirik sambil mengukur tingginya) ia hanya setinggi mataku. Sementara tinggiku hampir 168cm. Dan disitu aku belum menemukan titik menarik darinya.
Kembali lagi ke jam pelajarannya, dengan langkah mantap dan cepat (yang mana selalu membuatku tertawa jika menatapnya dari belakang, karena kecepatannya), Pak Adman masuk ke kelas dan langsung menuliskan namanya di papan tulis, lalu memperkenalkan diri.
Detik pertama, aku menyadari wajahnya yang manis, bahkan sangat imut, ditambah hidung mancung, bibir tipis, dan mata sayu dengan tatapan tajam yang terhalang oleh bingkai kacamata miliknya, serta proposional tubuh yang sangat pas untuk seukuran tingginya, berisi. Sehingga membuat pipinya terlihat chubby.
Detik kedua, aku sadar aku mengalami karma. Pada saat aku duduk di kelas 8, aku berjanji kepada diriku sendiri, bahwa aku akan mencari lelaki yang lebih tinggi dariku untuk aku jadikan pacar. Dan dengan bodohnya, aku berjanji tidak akan melirik lelaki yang lebih pendek dariku.
Detik ketiga, aku sadar aku menyukai lelaki yang tingginya hanya semataku. Hanya karena senyuman manis yang ia tunjukkan dengan tulus kepadaku pada saat aku bertanya kepadanya.
Oh, memang aku ini perempuan yang gampang jatuh cinta kepada orang lain. Tapi ia sangat menarik ternyata, ditambah lagi aku terhipnotis oleh tawanya.
Dengan sangat entah kebetulan atau tidak. Dari kecil memang aku sangat menyukai bahasa asing, entah itu Bahasa Inggris, Bahasa Jepang, Jerman, Perancis. Jadi, aku selalu mendapatkan nilai di atas 8. Haha.
Waktu demi waktu berlalu. Semakin aku sering mengobrol dengan Pak Adman, semakin sering aku bertukar pendapat, bertanya tentang sesuatu, semakin aku dipikat olehnya. Entah ia tahu atau tidak. Tapi, lambat laun Pak Adman pasti akan mengetahuinya.
Waktu itu, aku sudah tidak bisa menahan egoku sendiri. Dengan nekat aku menghampiri mejanya di ruang guru, menanyakan nomer handphonenya.
Sebenarnya aku sudah tahu segala info tentangnya mulai dari Fb, Twitter, dll (kebetulan dia guru gaul), bahkan hal pribadi sekalipun seperti tanggal ulang tahun, tempat ia kuliah, keluarganya, dll.
Lalu, dibantu sahabatku sekaligus jubirku. Ia hampir memberikan nomernya. Tapi karna aku menjawab pertanyaannya dengan bodoh, akhirnya ia berjanji akan meng-add Fb ku saja. Aku sangat bersyukur kala itu.
Semenjak kami berteman lewat Fb, aku mengaku aku memang sangat egois dan buta arah. Aku padahal sudah menahan ego untuk terus menghubunginya. Tanganku tidak bisa berhenti menyapanya. Aku tahu waktu itu dia merasa tidak nyaman.
Lalu, sekitar 2-3 bulan kemudian. Sekolah kami mengadakan event besar. Kebetulan aku adalah seksi dokumentasi.
Tanpa kuduga, ia memulai chat duluan di Fb, menanyakan apakah aku menyimpan video lomba cheerleader. Dan disitu, aku berhasil mendapatkan nomer handphonenya.
Berawal dari Fb, menjadi pindah ke sms. Kami mengobrol tanpa putus dari siang sampai tengah malam, membicarakan hal-hal pribadi.
Lalu, tidak lama setelah itu, tibalah hari kelahirannya. Aku memberikannya sekotak donut, tanpa berbicara apapun aku meninggalkan kotak tersebut di mejanya. Karena faktor jantung yang berdegup keras dan otak yang kosong.
Kami bertemu di pelajarannya, tetapi tak ku sangka, ternyata Pak Adman membicarakan tentang peninggalan kotak yang kesannya tidak sopan. Aku sangat merasa bersalah kala itu.
Aku hanya bisa meminta maaf. Habis, aku hanya ingin melakukan yang terbaik walaupun aku hanya seorang murid.
Kemudian, mulailah jarak berdiri di antara kita. Pak Adman seolah mengetahui perasaanku, ia menjadi lebih dingin dan terkadang pun smsku tak dibalas.
Tapi, semenjak itu pula, seolah-seolah kami adalah teman sekaligus musuh. Mungkin ia memang menghindariku, tetapi, pada saat kami berkomunikasi, kami tidak lagi membicarakan tentang sekolah. Entah itu guru, pelajaran, atau hal lain yang bersangkutan dengan sekolah.
Jadi, kami memang jauh, tapi mungkin sebenarnya jarak kami dekat. Ataupun sebaliknya. Ada kalanya jika aku sudah menyerah, bangkit, menyerah, bangkit lagi dan begitu seterusnya.
Terkadang juga, jika aku sudah kehabisan kesabaran dan terang-terangan menunjukkan amarahku (bahkan ngambek juga pernah) karena tidak kuat dengan singkat dan minimnya respon Pak Adman, terkadang Pak Adman justru mengalihkan pembicaraan yang sebenarnya pun tidak penting.
Seperti waktu itu aku marah kepadanya, lalu tiba-tiba Pak Adman bilang bahwa ia akan mencetak buku lks baru, aku pun di beri tahu sampelnya.
Dan baru kuketahui akhir-akhir ini, ternyata aku adalah orang pertama yang diberi tahunya tentang buku lks serta bentuknya seperti apa dari sekian ratus anak di angkatan sekolahku.
Hal-hal yang menurutku tidak penting, bahkan sewaktu ia akan wisuda pendidikan S2 nya di kampus. Aku merasa seperti penghubung antara murid dan dirinya. Yah entahlah aku merasa seperti itu.
Tapi setiap kali aku akan menyerah, Pak Adman selalu berbicara atau melakukan perbuatan yang membuatku jadi bingung atas mana keputusan yang harus aku ambil. Aku merasa ditarik ulur olehnya.
Ketika ia berbicara, aku selalu meladeni. Selain karena dia orang yang aku sayangi, Pak Adman juga seorang guru dan aku masih memberikannya respek.
Walau tidak sebesar ketika belum kenal. Ketika aku berbicara, Pak Adman selalu membalas dengan jawaban singkat atau respon yang minim. Yang seringkali membuat suasana canggung.
Tapi, ketika aku sudah lelah dengan jawaban singkatnya, ia seolah mengerti keadaanku walaupun hanya lewat tulisan di sms. Ia berusaha mengalihkan ke hal yang ceria.
Atau seperti kata temanku, ia mencari perhatian. Dan ketika ia berhasil membuatku dalam mood bagus, ia kembali singkat seperti sebelumnya
Singkatnya, ketika Pak Adman mencari perhatian, aku selalu meladeni. Tetapi ketika aku meladeni, ia berhenti seketika pada saat itu juga dan kembali dingin.
Terkadang, aku melihatnya sedang berkumpul bersama kakak-kakak kelasku di kantin, makan bersama, bercanda, dan tertawa. Aku hanya bisa melihat dari jauh, menikmati suara tawanya yang sudah lama tidak aku dengar.
Dan aku masih bingung, ketika aku mulai tidak nyaman atau marah pada saat jam pelajarannya, temanku sering berkata bahwa Pak Adman sering mencuri pandang kepadaku yang acuh. Sudah hampir 1 tahun terus berjalan seperti ini.
Untukku, Pak Adman mungkin memang cuek dan acuh. Tapi aku mungkin saja adalah orang terdekat sekaligus terasing baginya dari ratusan murid di sekolah kami.
Apa yang harus aku lakukan?
Apakah sebenarnya Pak Adman di dalam hati memiliki perasaan yang sama?
Bagaimana dengan tingkah lakunya yang selalu membuatku bingung? Apa aku harus menghindarinya?
Aku butuh saran dari pembaca, terima kasih sebelumnya!
Punya pengalaman hidup untuk dishare ke pembaca ceritacurhat.com yang lain? Tulis dan kirim cerita Anda di sini!
sebelumnya salam kenal dari saya….. mbak…. tidak apa sebenrnrnya kejadian itu…. cm statusnya ajah yang kurang etis klu di dengar. ”guru-murid” itu saja masalhnya… klo soal perasaan tidak bisa di salahkan.. karna bagi yang bisa mngerti makna cinta itu,, tahu bagaiman cara memperlakukan cinta itu. yang pasti.. jika cinta kmu tidak berdasarkan nafsu.. maka perjuangkanlah.. maka dan sebaliknya mbak.. terimakash. dan maaf jika ada kata kata ku yang kurag berkenen buat mbak..
Maaf, saya juga seorang guru dan juga pernah murid saya mengalami hal sama dengan Anda, saran saya lebih baik jadi murid dan guru yang profesional saja, belajar dan mengajar dengan baik, tambahan sedikit bagi wanita lebih tepat untuk dicintai daripada mencintai, tq
cinta monyet bentar lagi juga lupa kaliiii
Salam, kisah inspiratif banyak hal yang sa dapatkan saya suka dengan pak adman ini karakternya pria idaman banget banyak kok yang berakhir bahagia di akhir sekolah apalagi sma hal hal itu akan sering terjadi
Salamcinta dan romansa
Lukman
Lukmanfiless blogspot com