Suamiku… Manusia Tidak Bertanggung Jawab

Kisah Nyata – Pertengahan tahun 2008 tepatnya bulan september aku berkenalan dengan seorang pria bestatus duda tanpa anak dari sebuah komunitas di dunia maya. Awalnya hanya sebatas sms, bertukar friendster dan sesekali telpon.

Sekitar awal puasa di tahun yang sama kami sepakat untuk bertemu. Oya status saya pun waktu itu janda anak dua.

Dari pertemuan tersebut mungkin itulah yang di sebut kertarikan kan kami satu sama lain. Dan beberapa waktu kemudian aku pun di perkenalkan oleh semua keluarganya.

Pikirku mudah2an ini awal yang baik dan dia laki-laki yang cukup baik, santun dan berniat tulus.

Kedua keluarga pun akhirnya saling tahu dan kami tidak mengalami masalah. Akhirnya suatu saat dia pun melamar ku.

Hatiku saat itu senang, dan tidak percaya apa ini mimpi atau bukan. Karena sejak kegagalan rumah tangga ku yg kubina selama 9 tahun ahkirnya kandas juga aku masih trauma. Tapi dengan menyandarkan diri pada Allah, aku yakinkan hatiku mudah-mudahan dia pilihan Allah untuk ku.

Aku mau menerimanya karena dia kelliatan peduli dan sayang dengan anak-anakku.Saat itu aku seperti di hadapkan dengan kekuatan baru. Aku berusaha menghilangkan rasa traumaku.Karena kupikir selain aku pun butuh pendamping,anakku juga butuh figur seorang ayah.

Beberapa bulan setelah masa pacaran kami, aku merasa ada sesuatu yang janggal dengan pribadinya. Dari mulai ketidak pekaannya terhadap keadaanku, sikap tertutup dan meminjam uang dari mulai yang kecil sampai jumlah yang cukup lumayan.

Buatku selagi itu bermanfaat aku tidak masalah. Asal jujur dan dia tidak oprtunis terhadapku. Intinya dia begitu tergantung secara finansial terhadapku.

Aku hanya berfikir,toh dia calon suamiku.Untungnya sebagai guru privat penghasilanku cukup lumayan bahkan lebih besar daripada suamiku.

Baca juga:  Oh Malangnya Hidupku

Suami berkerja sebagai tenaga honorer di instasi pemerintah,yang tinggal menunggu penggangkatan PNS saja. Buatku semua itu tidak masalah karena uang, pangkat itu adalah penunjang dalam rumah tangga.

Ternyata menjelang bulan-bulan mendekati pernikahan kami, bak disambar geledek dengan seenaknya dia minta menunda pernikahan dengan alasan masih kuliah, keterbatasan penghasilan dan sebagainya.

Aku marah besar mendengar pernyataannya, pikirku enak sekali dia mengambil keputusan secara sepihak. Setelah kami break, akhirnya niat menikah pun terus berjalan. Jujur hatiku down sejak dia bicara begitu.

Awalnya dia mengajakku untuk menikah siri, aku tidak setuju tapi setelahh aku menyetujuinya. kedua rang tuaku dan dia pun tidak masalah.Kami belum tinggal satu rumah karena biar lebih afdol saja. Pesta pernikahan akhirnya tiba. Dengan pesta seadanya, acarapun penuh khidmat tanpa ada cacat.

Kami bak pengantin baru saat itu.. tapi hanya bertahan 2 bulan saja kebahagiaan ku reguk (kami menikah tahun 2009), setelah itu kami mengalami konflik komunikasi yang cukup pelik.

Ternyata aku baru sadar bahwa suamiku ini tipe adventur, tidak mengenal aturan, tidak sensitif, selfish dan mungkin opportunis. Hampir mirip dengan mantan suamiku.

Ya Allah… sejak pertengkaran hebat itu, suami memutuskan keluar dari rumah orangtuaku. Bukan aku membangkang perintah suami untuk ikut bersamanya tapi waktu itu aku mengganggap untuk bersabar sedikit supaya uang yang ku kumpulkan bisa mengontrak rumah, tapi dia tidak perduli.

Aku coba untuk mengalah dan bersabar, karena ini mungkin ini semua ujian hidup untukku supaya ibadahku lebih baik lagi. Sampai saat ini pun dengan keadaan hamil janinnya, dia masih meninggalkan aku dan anak-anakku walaupun kami satu kota. Nafkah bathin jelas tidak terpenuhi, lahirpun hanya sekedarnya – CeritaCurhat.com

Baca juga:  Karena Sakit Hati Aku Selingkuh
***
Punya pengalaman hidup untuk dishare ke pembaca ceritacurhat.com yang lain? Tulis dan kirim cerita Anda di sini!

Loading...

4 Comments

  1. lisa July 25, 2011
    • Zhinta July 30, 2016
  2. meneketehek !! October 5, 2011
  3. bule March 30, 2016

Leave a Reply